Pembibitan Tembakau sistem Konvensional | Tembakau dan Cengkeh Indonesia

Pembibitan Tembakau sistem Konvensional

HPK taruh disini
Pembibitan Tembakau sistem Konvensional
Merupakan sistem pembibitan yang paling banyak digunakan para petani tembakau di indonesia. Pembibitan sistem ini relatif lebih mudah dan murah.Di bawah ini akan diuraikan secara sederhana cara pembibitan tembakau sistem konvensional

1.    Lokasi Bedengan

  • Pilihlah lokasi bedengan yang ada sumber air bersih dan bebas naungan
  • Bukan bekas bedengan tembakau, bukan bekas tanaman sekeluarga solanaceae seperti tomat, cabai, terong dll
  • Kebutuhan lahan bedengan untuk 1 ha pertanaman adalah 150 m²

2.    Pembuatan Bedengan dan Sebar benih

  • Tanah diolah lalu dibuat bedengan bedengan pembibitan sejumlah 8 bedeng ukuran panjang 12,5 meter atau 4 bedeng ukuran panjang 25 meter.  Bedengan dibuat dengan lebar 100 cm, tinggi bedengan 30 cm dan jarak antar bedengan 70 cm.
  • Bedengan diberi pupuk dasar dengan dosis 100 gram/m² NPK dan 4 gram/m² karbofuran atau dibutuhkan 10 kg NPK dan 400 gram karbofuran untuk pembuatan bedengan seluas 100 m²
  • Gunakan varietas yang dianjurkan yaitu Prancak 95 untuk Tembakau Madura, DB untuk tembakau Paiton, Marakot untuk tembakau Kasturi, Somporis untuk tembakau Bondowoso, Jinten untuk tembakau Jombang, Gilang Purwosoto untuk tembakat Ngawi, Serumpung untuk tembakau Weleri, Kemloko untuk tembakau Temanggung dan sebagainya.
  • Keperluan benih untuk 100 m² adalah 10 gram atau 0.1 gram per m². Karena jumah yang disebar sangat sedkit maka saat sebar benih seaiknya mengguna kan seeding boom. Kerapatan bibit yang diharapkan adalah 60 bibit/0.09 m²

3.    Pemeliharaan bedengan

  • Penyiraman dan pembukaan tutup bedengan
  1. Penyiraman memegang peranan penting dalam keberhasilan pembibitan terutama penyiraman pada 10 hari pertama. Bedengan harus disiram secara intensif 3 kali sehari dengan air yang tidak terlalu banyak yaitu 2 gembor untuk 10 m² bedengan. Pada umur 10 – 20 hari setelah sebar, bedengan disiram 2 kali sehari dengan air 3 gembor per 10 m² dan pada umur diatas 20 hari setelah sebar bedengan disiram 2 hari sekali sejumlah 4 gembor   per 10 m² stelah itu bedengan disiram hanya bila bibit kelihatan layu sebelum jam 10.00 WIB.
  2. Seiring dengan pertumbuhan bibit maka bedengan perlu dibuka secara bertahap untuk melatih bibit supaya batangnya keras. Sampai dengan umur 10 hari bedengan tetap ditutup sepanjang hari. Pada umur 10 -20 HSS bibit dilatih mendapat sinar matahari dengan jalan membuka tutup bedengan sampai jam 10.00 pagi. Pada umur 20 – 30 HSS bedengan dibuka sampai dengan jam 13.00 dan setelah umur 30 HSS bedengan bisa dibuka sepanjang hari tetapi segera ditutup apabila akan terjadi hujan. 
  • Penyiangan dan pemupukan susulan
  1. Penyiangan sangat penting dilakukan dengan cepat karena rumput biasanya tumbuh sangat cepat karena adanya penyiraman yang intensif. Biasanya penyianyan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 10 HSS dan sebelum dilakukan pemupukan susulan (top dressing) pada umur 20 HSS. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar bibit tembakau tidak ikut tercabut.
  2. Setelah bedengan bersih biasanya dilakukan pngaturan kepadatan populasi bibit yaitu memindahkan bibit-bibit yang padat ke tempat-tempat yang jarang. Kepadatan populasi bibit yang diharapkan adalah 60 bibit per 0.09 m² atau 650 bibit per m²
  3. Untuk mempercepat pertumbuhan bibit diperlukan pupuk susulan (top dressing) menggunakan KNO3 dengan dosis 10 gram per m². Pupuk dilarutkan dalam air lalu disiramkan merata ke seluruh bedengan dan dibilas dengan banyak air (4 gembor per 10 m²)
  • Pemberantasan Hama dan Penyakit, Pemberantasan hama dan penyakit di bedengan dilakukan dengan penyemprotan Fungisida dan insektisida secara berselang seling setiap satu minggu sekali. Penyakit yang sering menyerang pembibitan tembakau adalah penyakit busuk batang (dumping off) dan TMV. Hama yang sering menyerang bibit di bedengan adalah semut, ulat dan belalang.
  •  Clipping,  adalah menggunting sebagian daun bibit yang tumbuh lebih cepat dibanding bibit yang lain. Tujuan clipping adalah untuk keseragaman bibit,  penguatan batang dan merangsang pertumbuhan akar yang bagus. Clipping biasanya dilakukan apabila daun bibit sudah seukuran daun telinga atau sekitar umut 25 HSS. Clipping harus dilakukan dengan cepat pada pagi hari dan semua potongan daun harus dibuang dari lokasi bedengan.
  • Cabut bibit
Pembibitan Tembakau sistem Konvensional 
  1. Bedengan harus disemprot dengan confidor dengan dosis 0.5 gram/liter air (0.5 sendok makan per tangki sprayer) pada umur 2 hari sebelum bibit dicabut. Umur 1 hari sebelum bibit dicabut, bedengan harus disiram dengan banyak air (30 gembor/bed) secara bertahap sampai tanahnya basah sehingga bibit mudah dicabut dan akar tidak putus. Kalau perlu gunakan sekop untuk membantu menggemburkan tanah agar bibit lebih mudah dicabut
  2. Cabut bibit yang standard dan seragam dengan cara pegang daun bibit dan tarik bibit sampai tercabut dan tanahnya terikut sehingga akarnya tidak rusak. Ciri-ciri bibit yang standard adalah umur bibit minimal 45 hari setelah sebar, tinggi bibit ± 12 cm, berbatang keras, daun berwarna hijau kekuningan, akar banyak, tidak terserang penyakit dan seragam.
  3. Bedengan yang sudah dicabut disiram kembali dengan air sehingga bibit yang tersisa bisa hidup dan tumbuh dengan bagus. Bibit dipupuk lagi dengan 10 gram per m².KNO3 untuk memacu bibit. Satu minggu kemudian bibit akan tumbuh seragam dan bisa dicabut lagi untuk ditanam.
close
==[ Klik disini 2X ] [ Close ]==